Pendidikan formal di Indonesia pada umumnya didominasi oleh otak
kiri. Untuk memecahkan masalah ini menjadi
semakin sulit karena sebagian besar para penyelenggara pendidikan di Indonesia
juga didominasi oleh otak kiri. Hal mi disebabkan karena dominasi otak kiri sudah
berjalan cuksp lama melewati
beberapa generasi (Santoro, 2001). Akibatnya otak kanan menjadi terbengkalaf,
kamena tidak diberi kesempatan untuk berkembang (Pasiakk 2003). Otak kiri hanya
mengandalkan memorisasi (Santoro. 2001), kemampuan analitis, serta
berorientasi pads belajar matematika dan bahasa (Pasiakk 2003).
Padahal
memorisast dewasa ini sudah mulat digantikan dengan teknologi informasi.
Sementara hanya dengan cara berpikir analitis
membuat manusia tidak berkembang dengan balk; karena tidak menghasilkan jalur baru bagi otak Adapun belajar
matematika dan bahasa memang menjadi acuan bagi keberhasilan prestasi
akademik dan -ternyata tidak dapat menghasilkan manusia unggul. Dengan demikian,
pendidikan di Indonesia yang marsih dominan otak kiri menjadi sulit untuk
bersaing dengannegara lain. Otak kanan, sebaliknya bertanggung jawab pada
musik, visual, dan spasial (MacGregor, 2003; Pasiaak 2003) seringkali dihubungkan dengan para seniman. Orang-orang yang bukan seniman dianggap tidak
perlu belajar mengembangkan otak kanannya.
Padahal dengan dengan keseimbangan otak kiri dan otak kanan. kemampuan otak manusia
yang rata-rata hanya digunakan 10-12 persen (MacGregor, 2003; Santoso, 2001)
dapat ditingkatkan lagi. Paper ini adalah basil penelitian studi kasus dart orang kreatif yang bekerja sebagai pendidik
dan bukan seniman. Beberapa ariabel yang dikaji antara lain: kebiasaan-kebiasaan hidup dan belajar, prestasi
akademik, proses kreatif yang melibatkan
gelombang otak (alpha dan theta) dan kemampuan mempersepsi, serta analisis isi
dari karya-karya yang dihasilkan.
Hasilnya dapat dijadikan masukan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.
Sampai saat ini telah banyak penelitian-penelitian yang membahas keterkaitan
antara fungsi dan
gelombang otak dengan penyakit medis, gangguan psikolgis atau kapasitas manusia (human capacity) pads berbagai subjek. Di antaranya adalah pembangkitan potensi-potensi individu dengan menggunakan training brainwave (Green, 1997), treatmen neuro feeedback pads anak-anak penderita ADHD (Lubar & Lubar, 1997), terapi brainwave pada pecandu minuman keras (Kulkosky, 1997), penanganan
anak-anak autis dengan
menggunakan stimulasi audio-visual
(Woodbury, 1997), efektifitas training gelombang Alpha pads tentara (Putman, 1998), treatmen penderita
penyakit kronis dengan
menggunakan stimulasi audio-visual (Siever, 1998),
penanganan anak-anak penderita
ADHD dan gangguan membaca dengan
menggunakan stimulasi audio-visual pada penderita ADD, kelelahan kronis dan depresi (Brown, 1999), efektifitas treatmen audio-visual pada penderita gangguan
belajar (Joyce, 2000),
pengaruh musik terhadap daya konsentrasi (Sandford, 2000), training alpha dan theta bagi peningkatan penampilan musik
(Egner & Gruzelier, 2001), treatmen rainwave pada penderita gangguan obsesif-kompulsif dan penderita gangguan depresif mayor (Gurnee, 2001), neurofeedback bagi anak-anak dengan gangguan bipolar (Othmer, 2001), treatmen audio-visual bagi penderita jantung
(Siever, 2001), EEG dan inteligensi (Doppemayr
& Klimesch, 2002), kaitan antara otak bagian depan limbik dengan emosi (Pribram,
2002), tanda-tanda brainwave psikopat (Rosenfeld, 2002)
dan masih banyak lagi.
Penelitian-penelitian tersebut menun-jukkan kepada kite bahwa kajian tentang
otak cukup berkembang,
terutama kaitannya dengan
berbagai macam gangguan balk medis ataupun psikologis. Kajian dalam makalah ini menurut penulis merupakan suatu kajian yang cukup
relevan dalam konteks saat
ini.
sumber : http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3199/1/PESAT%202005%20_psikologi_012.pdf
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung dan membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar